Tulisan ini sekelumit tentang Lebai Penghulu
dalam bahasa Palembang disebut Penggawo, dalam bahasa Lubai disebut
Penggawe. Kajian Lebai Penghulu bukanlah untuk diperdebatkan, kami menulis
kajian penggawa hanya sekedar ingin berbagi cerita, berbagi informasi.
Pengertian Lebai
Lebai Penghulu adalah jabatan kuasa hakim pada masa pemerintahan sistem marga di Kesultanan Palembang Darussalam atau saat ini wilayah Sumatera Selatan. Tugas seorang Lebai Penghulu adalah melaksanakan uuruan kaum bidang keagamaan Islam. Diantara tugas-tugas Lebai Penghulu adalah mengurusi pengkafan mayat, menerima dan menyalurkan zakat fitrah.
Undang Undang Simbur Cahaya
Kitab Simbur Cahaya merupakan kitab undang-undang hukum adat, yang merupakan perpaduan antara hukum adat yang berkembang secara lisan di pedalaman Sumatera Selatan, dengan ajaran Islam. Kitab ini diyakini sebagai bentuk undang-undang tertulis berlandaskan syariat Islam, yang pertama kali diterapkan bagi masyarakat Nusantara.
Kitab Simbur Cahaya, ditulis oleh Ratu Sinuhun yang merupakan isteri penguasa Palembang, Pangeran Sido Ing Kenayan (1630—1642 M). Kitab ini terdiri atas 5 bab, yang membentuk pranata hukum dan kelembagaan adat di Sumatra Selatan, khususnya terkait persamaan gender perempuan dan laki-laki.
Bab IV (Aturan Kaum)
Pasal 01
Di dalam dusun pasirah ditetapkan satu Lebai Penghulu yang kuasa
hakim, maka Lebai Penghulu itu jadi kepala segala kaum di dalam marganya
dan kaum-kaum hendaklah turut perintah Lebai Penghulu.
Pasal 02
Di dalam dusun pasirah ditetapkan satu atau dua Khatib akan tulung atas pekerjaan Lebai Penghulu.
Pasal 03
Di dalam satu-satu dusun pengandang ditetapkan satu atau dua Khatib yang tiada boleh kuasa hukum.
Pasal 04
Pasirah hendak pilih siapa yajg petut jadi kaum di dalam marganya dan
bawa pada yang kuasa di dalam batanghari supaya dikirim menghadap seri
paduka tuan besar di Palembang serta minta surat cap dari pada paduka
Pangeran Penghulu Nata Agama di Palembang.
Pasal 05
Mu’azin, bilal dan marbot tiada boleh dipakai di huluan.
Pasal 06
Hendak Lebai Penghulu serta Khatib-khatib tulung atas pekerjaan
pasirah proatin, maka dia orang hendak pelihara buku jiwa di dalam
satu-satu dusun dan tulis orang yang kawin dan mati dan perhitungan
pajak.
Pasal 07
Seboleh-seboleh hendak pasirah cahari orang yang tahu menyurat bakal jadi kaum.
Pasal 08
Kaum-kaum tiada boleh nikahkan orang, jika tiada dengan izin kepala dusun.
Pasal 09
Tiap-tiap tahun hendak Khatib-khatib kasih salinan buku orang kawin
atau mati pada Lebai Penghulunya, maka Lebai Penghulu hendak tiap-tiap
tahun kasih salinan buku orang kawin dan mati di dalam marganya pada
paduka Pangeran Penghulu Nata Agama di Palembang.
Pasal 10
Dari hari selikur sampai hari-hari tigapuluh bulan puasa, boleh
kaum-kaum minta fitrah, jika orang suka kasih satu gantang fitrah satu
jiwa, di dalam itu Lebai Penghulu hantar satu gantang di dalam satu
rumah pada paduka Pangeran Penghulu Nata Agama, yang lain jadi pemakan
kaum-kaum di dalam marga.
Pasal 11
Jika orang suka kasih zakat, boleh kaum-kaum pungut sepuluh gantang
di dalam seratus gantang padi, maka dibahagi bagaimana tersebut di bawah
ini: - 10 gantang di dalam 100 dihantar di Palembang pada paduk
Pangeran Penghulu menjadi pemakan orang miskin. - 30 gantang di dalam
100 pulang pada Lebai Penghulu - 30 gantang di dalam 100 pulang pada
khatib-khatib di dusun pengandang - 30 gantang di dalarn 100 menjadi
pemakan orang yang pelihara masjid dan langgar.
Pasal 12
Kaum-kaum hendak pelihara masjid, langgar, padasan dan keramat-keramat.
Pasal 13
Orang yang kawin hendak bayar batu kawin satu orangnya setengah rupiah kepada kaum yang nikahkannya.
Pasal 14
Kaum-kaum hendak mandi dan sembahyangkan orang mati, tiada boleh minta pernbayaran melainkan sesuka orang kasih.
Pasal 15
Hendak kaum-kaum mengajar anak-anak di dalam dusun mengaji dan menyurat, tiada dengan pembayaran, melainkan sesuka orang kasih.
Pasal 16
Pasirah dengan Lebai Penghulu hendak pelihara anak yatim piatu di
dalam marganya serta pegang terikatnya sampai anak itu umur 14 tahun.
Pasal 17
Jika Lebai Penghulu hendak mengantar fitrah atau zakat di Palembang, hendak pasirah kasih perpat dua orang mata pajak.
Pasal 18
Lebai Penghulu dan Khatib lepas dari aturan pajak dan bebeban dan
dari segala pekerjaan marga dan dusun ialah kemit hantar dan berkuli.
Pasal 19
Dari fitrah dan zakat di dalam marga hendak Lebai Penghulu kumpulkan
di dalam tangannya dan tentukan gilir dari kaum yang, hantar fitrah atau
zakat ke Palembang, tiada boleh kaum dari dusun pengandang milir
membawa bahagian dusun melainkan pungutan di dalam marga dihantar oleh
suruhan Lebai Penghulu.
Demikian kajian Lebai Penghulu semoga bermanfaat bagi pengunjung dan terima kasih atas kunjungannya ke blgo kami.
Salam hangat dari kami di perantauan...
Amrullah Ibrahim, S.Kom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar